Selasa, 26 Agustus 2008

AWAL KETERTARIKAN DI RADIO

Kalau ditanya sejak kapan saya tertarik dengan dunia kepenyiaran, jawabannya bisa panjang, karena ada lebih dari satu peristiwa atau pengalaman yang terbagi dalam beberapa fase yang akhirnya menyatukan keinginan kuat itu.


Salah satunya adalah tatkala saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar di era tahun 1980-an. Di masa kecil saya, di samping harus menjalankan kewajiban belajar di sekolah, saya punya kewajiban yang rutin harus saya lakukan tiap hari, yaitu latihan Piano.

Yah, orangtua saya mengikutkan saya di kursus piano yang diajar oleh seorang guru Piano bernama Zuus Merry.
(Ki-ka : Zuus Merry, Gurunya Zuuz Merry dan saya yang paling "putih")


Beliau ini guru piano yang sangat sabar, tidak pernah marah sedikitpun (ke saya) walaupun saya termasuk murid yang “tidak terlalu pintar”…hehehe…(daripada dibilang murid yang malas).
Seingat saya, pertama kali saya belajar piano ke Zuus Merry adalah saat masih duduk di bangku kelas 1 atau 2 SD. Tiap hari Kamis jam 2 siang saya harus berangkat ke tempat kursus di rumah beliau di Jalan Cipto 16 Malang dengan menumpang becak langganan saya. Karena anginnya yang semilir di atas becak, ditambah lagi hari sudah siang (jam 2 siang, waktunya tidur siang buat anak-anak), seringkali dalam perjalanan saya ketiduran di becak. Untungnya enggak sampai “kejungkel”…hehehe.
(Tampak di latar belakang, Pak Min, tukang becak yang setia mengantar saya tiap Kamis siang)

Nah, di tempat kursus piano inilah sebenarnya perkenalan pertama kali saya dengan Studio Radio.

Selain dipakai sebagai tempat kursus piano, keluarga Zuus Merry juga memilik usaha stasiun penyiaran radio. Namanya radio Imannuel, yang merupakan cikal bakal dari radio Mas FM sekarang. Waktu itu gelombangnya masih di AM.

Nah, seringkali saat menunggu giliran les, saya suka mengintip ke dalam ruang siaran melihat aktivitas penyiar yang sedang bertugas. Tapi waktu itu saya belum memiliki ketertarikan samasekali dengan dunia kepenyiaran. Bahkan sampai bertahun-tahun saya kursus di Suuz Merry, radio bukan menjadi sesuatu yang terlalu menarik buat saya.

Tapi barangkali inilah fase awal dalam kehidupan saya yang tanpa saya sadari membekas di alam bawah sadar, yang akhirnya baru terwujud beberapa puluh tahun kemudian.

Lagi-lagi kekuatan The Law Of Attraction.

Senin, 25 Agustus 2008

KEKUATAN THE LAW OF ATTRACTION (Bag. 2)

Seperti yang sudah saya tulis di artikel sebelumnya, keberadaan saya sebagai seorang penyiar yang sudah lebih dari 15 tahun ini adalah hasil terwujudnya Law of attraction saya kurang lebih 20 tahun yang silam. (Waaaow….sudah lama sekali ya ?). Cuma saya baru menyadarinya kalau itu adalah hasil dari Hukum Ketertarikan setelah membaca buku The Secret setahun silam.

Sebenarnya keinginan kuat saya untuk menjadi penyiar muncul ketika duduk di bangku SMA kelas 2. Kayaknya keren banget gitu lho profesi ini. Bisa muter lagu yang enak-enak, bisa ketemu artis, bahkan bisa menjadi seperti artis, soalnya penyiar radio di masa itu emang ngetop banget. Apalagi waktu itu belum ada TV swasta, sehingga untuk informasi dunia entertainment, khususnya musik, paling cepat ya dari siaran radio. Begitu juga untuk mendengarkan koleksi lagu-lagu mancanegara terbaru, juga dari radio.
Salah satu bahan pertimbangan saya memilih jurusan di perguruan tinggi selepas SMA juga saya kaitkan dengan keinginan saya menjadi penyiar radio. Maksudnya, jurusan yang saya pilih harus yang mendukung cita-cita saya itu.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada jurusan Bahasa Inggris. Alasannya sederhana, supaya bahasa Inggris saya bagus saat melamar jadi penyiar. Sesederhana itu.

Dan saya yakin pada waktu itu, dari sekian ratus atau ribu teman-teman lulusan SMA seangkatan saya, cuma saya satu-satunya yang bercita-cita menjadi penyiar radio. Gila, ya ?!

Tapi saya focus dengan keinginan itu. Saya enggak main-main. Kehidupan sehari-hari saya selama menjadi mahasiswa tidak lepas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia radio.

Saya “belajar” secara autodidact dari penyiar-penyiar radio yang siarannya sedang saya dengarkan. Saat itu masih sulit mencari sekolah atau kursus broadcast, apalagi di Malang, padahal pengin banget lho. Jadi setiap ada kesempatan saya menyempatkan waktu untuk mendengarkan siaran radio yang menurut saya bagus.
Nah, di Malang waktu itu ada beberapa radio yang jadi pilihan saya untuk belajar. Ada KDS 8 (yang waktu itu masih bersegment anak muda), TT77 (jauh sebelum menjadi Tritara FM) dan Makobu FM (radio yang “sangat gaul” dan “Jakarta banget” di era awal 90-an).
Karena setiap kali liburan sekolah saya ke Jakarta, beberapa radio Jakarta juga menjadi referensi saya untuk belajar, diantaranya Radio Prambors (waah, ini dulu yang paling top), Radio Mustang (waktu itu masih berformat Rock abis), radio TRijaya FM dan lain-lain.-Mengenai radio-radio yang menjadi “penyemangat” saya menjadi penyiar akan saya bahas lebih lengkap di artikel berbeda-

Begitulah, cita-cita saya tidak pernah padam. Dan ternyata cita-cita yang “aneh” dan “enggak menjanjikan” bagi sebagian besar orang ini, menjadi kenyataan dalam kehidupan saya.

15 tahun yang lalu, di bulan November 1993, untuk pertama kalinya saya akhirnya diterima menjadi penyiar di radio KDS 8, setelah pernah ditolak lebih dari 4 kali di berbagai radio. 2 diantara penolakan itu dilakukan oleh radio KDS 8 yang akhirnya menerima saya menjadi penyiar. Asal tau aja, di masa itu menjadi suatu kebanggaan apabila bisa diterima di KDS 8. Dan saya pingin banget bisa diterima di sana.
(Sewaktu masih jadi penyiar Radio Kds 8 tahun 1994. Ki-ka: Zul, Darsono, lupa dan Agus Hadipraja)

The law of attraction saya akhirnya terwujud secara nyata.

Sabtu, 23 Agustus 2008

KEKUATAN THE LAW OF ATTRACTION (Bag.1)

Anda pernah membaca buku atau menonton film The Secret ? Kalau belum, saran saya, bacalah atau tontonlah.

Buku yang memaparkan kekuatan dari The Law Of Attraction atau Hukum Ketertarikan itu menyebutkan semua yang ada di alam semesta ini saling berhubungan, baik kita sadari ataupun tidak. Sehingga apapun yang kita inginkan, bahkan ketika masih dalam pikiran, bisa menjadi kenyataan.

Saya sendiri sudah sering membuktikannya, termasuk keberadaan saya sebagai seorang penyiar radio saat ini, rupanya juga hasil dari The Law off attraction saya beberapa puluh tahun yang silam - ini akan saya ceritakan di tulisan yang lain.

Nah, beberapa hari lalu saya kembali membuktikan keberhasilan hukum itu. Bukan law of attraction saya tetapi dari orang lain, tepatnya pendengar saya.

Hari Rabu lalu (22 Agustus), sesaat setelah saya menutup siaran MMS (Musik Memori Siang-Menu Makan Siang) yang ditayangkan tiap hari jam 12.00 – 14.00, sebuah pesan singkat terbaca di Website Radio Kencana tempat saya bekerja.

Pesan yang termuat di kolom Pesan Singkat (Shoutbox) itu berasal dari Bang Aswi (http://bangaswi.com/bang-aswi-siapa-sih/) di kota Bandung. Beliau yang saat itu sedang mendengarkan siaran saya lewat radio streaming di ww.kencanafm.com mengucapkan terimakasih karena saya sudah memutarkan lagu berjudul Pak Tua (Elpamas) sebagai lagu penutup.

Tapi yang membuat saya terkejut sekaligus kagum adalah ketika membaca pesan singkat sebelumnya – Bang Aswi mengirimkan 2 pesan. Ternyata sebelum menuliskan ucapan terimakasih itu, Bang Aswi sudah mengirimkan pesan yang isinya minta diputarkan lagu dari kelompok Elpamas !

Dan luar biasanya, saya sama sekali belum mengetahui apalagi membaca pesan itu ketika memutuskan untuk memutar lagu dari kelompok Elpamas sebagai lagu penutup.

Waaah ?! Kebetulan ? Bisa jadi.

Tapi kalaupun itu kebetulan, berarti kebetulan yang sangat langka sekali. 1 berbanding sekian ribu.

Bagaimana tidak, ada sekian ribu lagu yang bisa saya pilih sebagai lagu penutup, ternyata akhirnya pilihan saya jatuh di lagu yang direquest oleh Bang Aswi yang notabane mengirimkan pesan singkat di menit-menit terakhir sebelum saya menutup acara.

Kok bisa ya ? Ya, bisa aja.

Kalau anda baca buku The Secret, hal ini bisa terjadi tiada lain karena adanya keinginan kuat Bang Aswi yang saat itu berada ribuan kilometer dari kota Malang, sedemikian kuatnya keinginan itu, walaupun pesannya belum sempat saya baca di layar monitor, tanpa saya sadari gelombang keinginan itu sampai juga di pikiran saya.

Dan akibatnya, keinginan Bang Aswi yang berada di jauh dari tempat saya berada terwujud menjadi kenyataan dalam hitungan detik.

Anda pernah mengalami kejadian seperti itu atau ingin bisa mewujudkan semua yang menjadi keinginan atau cita-cita anda ?

Bacalah The Secret.



NB. Buat bang Aswi, sekali lagi salam kenal ya dari saya. (Saya lagi belajar menulis dan mendisiplinkan diri untuk konsisten menulis nih, bang..)

Selasa, 05 Agustus 2008

Rekaman Black Box Adam Air, Kekuatan Theatre Of Mind

Beberapa hari terakhir, terjadi diskusi di dunia maya dan dunia nyata mengenai asli atau tidaknya rekaman suara black box pesawat Adam Air yang beredar di Internet.

Sebagai orang yang telah bergelut di dunia radio lebih dari 10 tahun dengan pengalaman membuat ratusan spot iklan, saya kok yakin rekaman itu asli (kecuali KNKT bisa melacak dan membuktikan siapa yang sebenarnya pembuat rekaman palsu itu).

Enggak gampang lho bikin "sandiwara" yang terdengar begitu "real" dan "natural" itu. Saya pikir rekaman itu begitu "sempurna". Terdengar sangat nyata.

Sebuah “theatre of mind” yang berhasil mengaduk-aduk emosi pendengarnya. Mengingatkan pada sandiwara radio Mars Attack di tahun 30-40an yang sempat bikin geger masyarakat Amerika.

Coba perhatikan suara sound effect getaran pesawat, ledakan, deru pesawat, kepanikan dan suara takbir si pilot menjelang "meledaknya" pesawat sangat "real" sekali. Kalau ini adalah rekaman palsu, benar-benar sebuah "theater of mind" yang sempurna. Luar biasa. Hanya orang "radio" atau "Tukang Bikin Iklan" yang bisa membuat rekaman sesempurna itu.

Dari sini terkesan sepertinya memang ada upaya dari KNKT untuk menutupi "kebocoran" itu ke masyarakat.

Dari penjelasan yang disampaikan pihak KNKT memang ada jawaban yang "diplomatis" alias "kabur". Misalnya dengan mengatakan memang ada kemiripan antara rekaman yang asli dan yang beredar di intenet....

Lho, kok bisa mirip ? Berarti memang bocor kan ?

Yang kedua, ada dalih KNKT pernah dihacked. Lho, berarti bocor juga kan ?

Yang ketiga, apa alasan orang harus repot bikin rekaman palsu itu ?Kalau cuma sekedar buat menghancurkan reputasi, putar aja yang aslinya. Ngapain susah-susah nyari "pengisi suara" dan nambahi sound effect untuk membuat kesan "real"nya ? Gitu aja kok repot.

Yang keempat, apakah saat pertemuan dengan para wartawan, rekaman asli diputarkan dan dibandingkan dengan yang 'palsu', sehingga benar-benar bisa terdengar perbedaannya ? Atau jangan-jangan cuma ditunjukkan saja "CD"nya, ini lho yang asli, dan ini yang palsu.

Lhaah ??

Justru yang terpenting kan isi rekamannya, bukan wujud dan kemasan CDnya ?

Termasuk juga dengan cara menunjukkan bukti-bukti grafis yang ditunjukkan ke wartawan, apa bisa sih buat membandingkan asli enggaknya rekaman itu ?

Jadi, kemungkinan memang ada dua. Rekaman itu asli atau palsu.

Kalau palsu, harus benar-benar diusut siapa yang membuat dan menyebarkannya. Musibah dan kematian kok dibuat main-main.(Sumpah, saya juga merinding dengerinnya...Kematian memang tidak bisa diduga, bahkan dalam hitungan menit...)

Tapi kalau asli, harus benar-benar diusut siapa yang menyebarkannya ? Bagaimana caranya kok bisa bocor ? Dan yang terpenting, ADA ENGGAK KEBOHONGAN PUBLIK TERKAIT DI DALAM KASUS INI ?

Terlepas dari itu semua, diakui atau tidak, suara di rekaman ini menjadi suatu bukti bahwa “suara” ternyata mempunyai kekuatan yang sangat besar sekali.

Hanya dengan mendengar suara rekaman itu, gambaran situasi di dalam cockpit pesawat Adam Air seolah langsung terpampang di depan mata kita. Kepanikan, kengerian dan semuanya terasa nyata di benak kita. Sebuah Theatre Of Mind yang sempurna.

Entah rekaman itu asli ataupun palsu.