Selasa, 31 Mei 2011

Buat 2 Orang Kawan Saya…- Sebuah Catatan Lama Dari Blog Saya di Friendster (1 Mei 2006)

Ini adalah catatan lama saya di Blog Friendster pada bulan Mei 2006. Waktu itu salah satu radio di kota saya sedang mengalami "gonjang-ganjing". Kondisi ini memaksa manajemen untuk melakukan perampingan pada sejumlah karyawan. Diantaranya menimpa 2 orang kawan seperjuangan saya di dunia radio. Mendengar berita itu saya seakan bisa ikut merasakan kesedihan mereka. Semuanya saya curahkan lewat tulisan berikut ini, yang saya tulis 5 tahun yang lalu.
-----
Buat 2 orang kawan saya, hari ini tidak sama lagi seperti hari-hari kemarin…

Saat ribuan buruh di berbagai tempat di Indonesia memperingati Hari Buruh Internasional, 2 orang kawan saya harus menerima kenyataan pahit, di PHK dari pekerjaannya !

Di saat ribuan buruh menyuarakan harapan demi harapan demi masa depan yang lebih baik, 2 orang kawan saya digelapkan masa depannya !

Mimpi indah yang telah terajut sekian lama bersama orang-orang terkasih dan tersayang seakan hancur terburai tak berbentuk…

Tangisan si kecil yang tiap hari menjadi penghilang rasa letih, hari ini menjadi tangisan yang memerihkan hati….

Kawan, saat kau menjelang tidur tadi malam, tentu kau masih berharap ini semua hanya mimpi, dan besok pagi kau akan terbangun dari mimpimu.

Yah, pagi ini kau memang terbangun seperti biasa. Matahari masih bersinar hangat…Burung masih tetap berkicau… udara masih terasa segar.

Tapi kau … pasti tak bisa merasakan itu semua.

Hari ini begitu mendung, tak ada kicau burung, tak ada udara segar. Yang ada hanya gelap, sepi dan terasa menyesakkan di dada.

Tiada lagi kata : “Papa berangkat kerja dulu ya…” atau “ Papa pulaang…”

Mau berangkat ke mana…mau pulang ke mana ???

Tiada ke mana-mana.

Tiada lagi jalanan aspal yang perlu disusuri ke tempat kerja. Tiada lagi SMS kawan yang titip minta dibelikan makanan kecil untuk dibawa ke kantor. Tiada lagi kesibukan memencet tuts komputer, memilih lagu dan memutar lagu…

Tiada lagi pendengar yang selama ini menjadi spirit di tiap-tiap harinya yang bisa disapa lagi….

Semuanya hilang lenyap…

Hari ini dan esok jadi begitu berbeda dari hari-hari biasanya…

Harapan dan impian seakan musnah…

“Keep on fighting my friend…

Dunia masih terhampar luas buatmu.

Jemput rezeki dari Sang Maha Pemberi Rezeki.

Karena hanya Dialah sebenar-benarnya sang Maha Pemberi Rezeki.

Bukan yang lain….

Keep on praying…

I’ll pray for you…

Penyiar Senior Ga’ Bisa Baca Adlib - Sebuah Catatan Lama dr Blog Saya di Friendster (25 Juni 2006)

Kabar akan "ditamatkannya" Friendster akhir bulan ini membuat saya tiba-tiba tergerak untuk menengok situs jaringan pertemanan yg pernah begitu populer di Indonesia beberapa tahun silam. Sejak terjadi perselingkuhan antara saya dengan Facebook 3 tahun lalu, halaman pribadi saya di Friendster memang tak pernah sekalipun saya nafkahi lahir dan batin.


Nah, di saat asyik bernostalgia dengan foto-foto dan testimoni di FS, saya menemukan beberapa catatan yang pernah saya tulis di blog milik Friendster. Semuanya berkaitan dengan dunia broadcasting. Beberapa catatan lama saya memang terasa agak pedas dan banyak mengkritik kondisi peradioan di masa itu. Gaya bahasanya pun cenderung lebih informal. Tapi mengingat umur Friendster yang tinggal beberapa jam lagi, rasanya sayang kalau saya biarkan tulisan itu ikut musnah. Oleh karenanya, mulai edisi kali ini saya akan coba tampilkan beberapa catatan yang pernah saya tulis di blognya Friendster. Mohon maaf kalau bahasanya barangkali terasa terlalu "kasar". Maklum, itu tulisan 5 tahun yg lalu...hehehe. Selamat menikmati, semoga bermanfaat.
(Foto : http://www.archives.gov.on.ca/english/on-line-exhibits/st-lawrence/pics/4392_30_loyalty1_720.jpg)

Senior ternyata bukan jaminan seorang penyiar bisa lebih baik dari yang junior. Bahkan untuk urusan yang harusnya udah jadi standard, belum tentu yang senior bisa lebih jago.


Baru-baru ini ga’ sengaja saya dengar siaran penyiar senior yang udah lebih dari 30 tahun malang melintang di radio di kota Malang. Acaranya dari dulu ga’ pernah yang lain kecuali dangdut. Pada masa itu namanya ngetop sekali. Tanyain aja orang-orang di pasar atau pelosok-pelosok kampung, 90% pasti mengenalnya.


Suaranya khas banget, powerful, tapi cempreng, apalagi kalo pas ketawa. Saya jadi ga’ bisa lupa suaranya gara-gara kekhasannya itu. Pokoke nyebelin pooouul, ngangenin…sekaligus kudu mbuaanting radioku….he he he…(yang terakhir ‘agak’ becanda kok)….!!???


Format siarannya dari dulu sampe sekarang hampir ga’ berubah : baca request, salam-salam dari pendengarnya pake nama dan alamat samaran yang aneh-aneh, mis. Putri Malu di Pondok Kerinduan(…..iiihh…tidaaaak), ditambah baca pantun buatan mereka. Pokoke dari radionya masih AM sampai FM, dari request masih pake kupon yang harus bayar sampai yang sekarang udah bisa langsung on-air by phone, acara nya yaaa tetep sama…. Baca request, trus putar lagu dangdut… Puluhan tahun kayak begitu.


Nah, kemarin ga’sengaja saya dengar caranya baca adlib …Ooh my God…saya bener-bener ga’nyangka and surprise. Ternyata masih bagusan murid saya di Kursus Penyiar Duta Suara. Swear !! Cara penyiar ini baca iklan persis kayak membaca. Sekali lagi MEMBACA. Bukan gaya siaran KOMUNIKATIF, tapi…belajar membaca. Sampai saya ga’ habis pikir, apa orang ini ga’ pernah ikutan diklat PRSSNI, padahal radionya tercatat sebagai anggota. Atau ni penyiar ga’ sempat belajar gimana cara baca naskah siaran/adlip yang baik dan benar saking sibuknya siaran (???). Atau beliau udah merasa jauh lebih senior (pintar) dari yang junior ? Atau beliau, bahkan si pengelola radio, merasa itu bukanlah hal yang penting ??? Terus gimana si penyiar senior bisa jadi panutan penyiar-penyiar muda lainnya ? Lebih jauh lagi, gimana radionya bisa bersaing sama yang lain ????


Waaahh…ternyata ga’ gampang ya jadi penyiar radio….Yang senior belum tentu bisa lebih baik. Keahlian harus terus diolah dengan belajar, berlatih, belajar berlatih dan begitu seterusnya ….tanpa henti.


Yok opo menurutmu rek ?