Kamis, 29 September 2011

JUDUL LAGU DAN NAMA PENYANYI ADALAH INFORMASI



Beberapa waktu yg lalu, salah seorang kawan mengeluhkan tentang radio (dan penyiarnya) yang “pelit” memberikan informasi judul lagu dan nama penyanyi yang baru saja diputar.

“Apa sih susahnya kasih tahu judul lagu dan nama penyanyinya ? Memangnya kita semua tahu dan  masih ingat judul lagu itu?” begitu ia menulis di status FBnya saat mendengar siaran sebuah radio on line di Indonesia.

Apa yang teman saya rasakan pasti juga pernah anda rasakan, karena saya pun juga sering merasakan hal yang sama.

Bisa dimaklumi kalau saat itu acaranya berupa news.  Tapi yang sedang kawan saya dengar bukan program news. Acaranya hiburan biasa. Putar lagu diseling beberapa infomasi ringan.

Saya menduga-duga, apakah mungkin si penyiar beranggapan menyampaikan judul lagu dan nama penyanyi bukan bagian dari menyampaikan informasi kepada pendengar ?

Atau ia anggap semua pendengarnya seperti dirinya, pasti tahu dan ingat apa lagu yang baru saja ia putar ?

Atau ia menganggap tidak penting informasi itu ? –kalau begitu apa perlunya juga dia putar lagu tidak penting itu ?

Atau, si penyiar beralasan bahwa itu memang kebijakan manajemen radionya ?

Hhhmm... dugaan saya, jangan-jangan ini hanya masalah penyiar yang kurang kreatif dalam menyikapi sebuah kebijakan.

Yang saya tahu, penyiar radio memang tidak boleh monoton saat bersiaran.
 Dia harus pandai-pandai mengolah kata sehingga apa yang disampaikan tidak membosankan. 

Jangan setiap kali “talk”, ia ngomong yang itu-itu saja.

Berarti, apa tidak boleh setiap kali “talk” menyebutkan judul lagu ?

Menurut saya, boleh-boleh saja, asal susunan kalimatnya,termasuk  pilihan kata-katanya, jangan sama terus menerus.

Misalnya setelah memutar lagu pertama ia mengatakan, “Itulah tadi lagu dari Marcel, Tak Terganti..bla la bla.”

Berikutnya, setelah lagu ke 2, ia kembali menyampaikan, “ Itulah tadi lagu dari Kahitna, Tak Sebebas Merpati.”

Nah, yang begini ini jelas terdengar sangat monoton dan membosankan.  Mestinya si penyiar bisa menyiasati dengan sedikit merubah susunan kalimatnya atau menambahi dengan informasi berkatian dengan lagu maupun penyanyinya.

Misalnya, setelah lagu pertama ia bicara begini, “Tak Terganti dari Marcel, saya yakin membuat anda tetap betah untuk meneruskan bergabung di program ini, dan tidakmengganti ke channel radio lain bla.,...bla....”

Setelah lagu ke 2, “Apakah memang setiap orang yang akan menikah merasakan seperti yg dirasakan Kahitna ya, menjadi Tak sebebas merpati ? Atau cuma si Yovie yang merasa Tak Sebebas Merpati ? bla...bla... bla....”

Saya yakin, menyebutkan judul lagu dan nama penyanyi di setiap talk, di program yang bukan News, tidak akan mengganggu kenikmatan pendengar dalam menyimak sebuah acara di radio. Juga tidak ada ruginya bagi stasiun radio bersangkutan.

Justru ini akan memberi nilai plus bagi si penyiar dan stasiun radio karena lambat laun akan tertanam di benak pendengar bahwa setiap mendengar radio tersebut pendengar akan bisa selalu mendapat informasi yang komplit sampai ke urusan lagu, yang nampaknya saat ini mulai diabaikan atau ditinggalkan penyiar dan radio-radio lain.

Bandingkan dengan kebanyakan radio di luar negeri yang sudah memanfaatkan fasilitas streaming untuk menyampaikan informasi lagu yang sedang diputar.

Kita akan dengan mudah mendapatkan informasi judul lagu dan nama penyanyinya terpampang di layar radio player saat lagu itu sedang terputar.

Sedangkan radio streaming di Indonesia ?

Masih bisa dihitung dengan jari yang melakukan hal yang sama. Kebanyakan hanya menampilkan nama radionya saja.

Padahal dengan menyebutkan atau menuliskan judul lagu dan nama penyanyi juga merupakan bagian dari menghargai suatu karya seni yang nyata-nyata setiap hari dimanfaatkan oleh sebuah stasiun radio.

Rabu, 14 September 2011

PENGULANGAN INFO WAKTU TAYANG DI PROMO ACARA

Promo acara bagi sebuah program di radio merupakan hal yang sangat penting.

Ibaratnya, ia sebagai alat pengingat, “woro-woro” atau pengumuman bagi pendengar yang belum tahu atau barangkali lupa dengan keberadaan program tersebut.

Sayangnya, tidak jarang pengelola program kurang maksimal dalam pembuatannya.

Yang seringkali terjadi, promo acara terlalu panjang dan detail sehingga malah membuat pendengar dibebani informasi terlalu panjang.  

Pembuat promo lupa bahwa radio bersifat selintas dan anti detail. Apabila yang disampaikan terlalu panjang dan rinci, justru malah akan menyulitkan pendengar untuk mengingat informasi yang baru saja ia dengar.  

Idealnya promo acara di radio berdurasi maksimal 1 menit saja.

Itupun cukup point terpenting dari program yang dipromokan. Bisa dalam bentuk narasi yang disampaikan oleh penyiar, baik dalam bentuk rekaman atau  live, atau bisa juga cuplikan dari acara tersebut. Biasanya yang terakhir ini (cuplikan / dummy acara) jauh lebih efektif dan mudah diingat oleh pendengar.

Hal kedua, yang kadang terabaikan saat pembuatan promo acara juga masih berkaitan dengan sifat radio yang selintas.

Masalah pengulangan informasi  jadwal waktu tayang acara.

Ya, pengulangan.

Tidak hanya satu-dua kali, kita mungkin pernah mengalami kejadian ketika mendengar sebuah promo program yang sangat menarik, ternyata di akhir promo kita baru tersadar belum mencatat atau mengingat di memori kita kapan waktu penayangan program itu.

Bukannya si pembuat promo tidak menyebutkan waktunya. Ia mungkin sudah menginformasikan itu di awal promo. Tapi ia terlupa untuk mengulang kembali informasi waktu tayangnya di bagian akhir promo.

Jangan lupa,  bisa jadi pendengar saat di awal-awal masih konsentrasi dengan isi atau gambaran dari acara yang sedang dipromosikan atau barangkali ia belum mendengarkan  atau konsentrasi dari awal. Sehingga ketika jadwal waktu penayangan hanya disampaikan di awal, pendengar masih belum 100 persen “ngeh”, bahasa Jawanya.

Oleh karena, tidak ada salahnya, untuk mengulang kembali informasi jadwal waktu penayangan program yang sedang dipromokan di bagian akhir dari promo acara. Sehingga tidak akan terjadi pendengar sampai  “ngedumel” baik di dalam hati mapun terucap, karena belum sempat mencatat atau mengingat kapan waktu penayangan acara yang dia tunggu-tunggu tadi

Bagaimana menurut anda ?

Senin, 12 September 2011

SEKALI MENGUDARA TETAP ONAIR DAN ONLINE

 
Siapa yang tidak mengikuti perkembangan tekhnologi akan habis.

Demikian pendapat beberapa pakar bisnis dan komunikasi mengomentari fenomena makin canggihnya tekhnologi di dunia maya dan maraknya perkembangan jumlah pengguna media jejaring social.

Saya jadi teringat, kemarin tanggal 11 September  diperingati sebagai Hari Radio di Indonesia.

Sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai hari lahir Radio Republik Indonesia.  Namun tidak salah juga kalau ia diperingati juga sebagai hari radio secara nasional, bukankah semua stasiun radio siaran yang ada di Indonesia berawal dari kelahiran RRI ?

 “Sekali di udara tetap di udara” adalah semboyan yang sangat terkenal dan dibanggakan sekali.

Walaupun memang pada kenyataannya ada juga radio, termasuk beberapa RRI di daerah, yang tidak konsisten dengan semboyan itu.  Jam-jam tertentu tetap harus berada di “darat” kembali.

Penghematan, alasannya.

Ya, tidak jadi masalah. Sebuah alasan yang sangat masuk di akal.

Nah, barangkali sekarang yang perlu dipikirkan adalah “penambahan” slogan atau semangat baru.

Tidak hanya “sekali di udara tetap di udara” tapi juga “sekali mengudara tetap on-air dan on-line”.

Mengapa begitu ?

Radio yang tidak memiliki fasilitas streaming online di Internet lambat laun diprediksi akan semakin ditinggalkan pendengarnya.

Dunia yang semakin “menyempit” membuat orang dengan mudahnya mendengarkan siaran radio yang ia suka dari berbagai belahan dunia hanya dengan sekali "klik".

Apalagi saat ini gadget dengan fasilitas yang canggih, termasuk untuk mendengarkan siaran radio online sudah bukan barang yang asing dan malah bagi anak muda di Indonesia.

Ditunjang lagi dengan biaya pemakaian Internet yang semakin hari semakin relative lebih murah.

Kalau sebuah stasiun radio masih merasa “nyaman” dengan tekhnologi dan cara lamanya, lambat laun ia akan semakin “terhapus” dari pilihan pendengarnya.

Dan bisa-bisa ramalan para pakar bisnis dan komunikasi akan kehancuran sebuah bisnis yang gagap tekhnologi benar-benar akan terjadi 5-10 tahun mendatang 

Jadi mari tambahkan slogan dan semangat baru di dunia radio dengan buktikan “sekali mengudara tetap on-air dan on-line”.

Selamat Hari Radio.