Selasa, 31 Mei 2011

Penyiar Senior Ga’ Bisa Baca Adlib - Sebuah Catatan Lama dr Blog Saya di Friendster (25 Juni 2006)

Kabar akan "ditamatkannya" Friendster akhir bulan ini membuat saya tiba-tiba tergerak untuk menengok situs jaringan pertemanan yg pernah begitu populer di Indonesia beberapa tahun silam. Sejak terjadi perselingkuhan antara saya dengan Facebook 3 tahun lalu, halaman pribadi saya di Friendster memang tak pernah sekalipun saya nafkahi lahir dan batin.


Nah, di saat asyik bernostalgia dengan foto-foto dan testimoni di FS, saya menemukan beberapa catatan yang pernah saya tulis di blog milik Friendster. Semuanya berkaitan dengan dunia broadcasting. Beberapa catatan lama saya memang terasa agak pedas dan banyak mengkritik kondisi peradioan di masa itu. Gaya bahasanya pun cenderung lebih informal. Tapi mengingat umur Friendster yang tinggal beberapa jam lagi, rasanya sayang kalau saya biarkan tulisan itu ikut musnah. Oleh karenanya, mulai edisi kali ini saya akan coba tampilkan beberapa catatan yang pernah saya tulis di blognya Friendster. Mohon maaf kalau bahasanya barangkali terasa terlalu "kasar". Maklum, itu tulisan 5 tahun yg lalu...hehehe. Selamat menikmati, semoga bermanfaat.
(Foto : http://www.archives.gov.on.ca/english/on-line-exhibits/st-lawrence/pics/4392_30_loyalty1_720.jpg)

Senior ternyata bukan jaminan seorang penyiar bisa lebih baik dari yang junior. Bahkan untuk urusan yang harusnya udah jadi standard, belum tentu yang senior bisa lebih jago.


Baru-baru ini ga’ sengaja saya dengar siaran penyiar senior yang udah lebih dari 30 tahun malang melintang di radio di kota Malang. Acaranya dari dulu ga’ pernah yang lain kecuali dangdut. Pada masa itu namanya ngetop sekali. Tanyain aja orang-orang di pasar atau pelosok-pelosok kampung, 90% pasti mengenalnya.


Suaranya khas banget, powerful, tapi cempreng, apalagi kalo pas ketawa. Saya jadi ga’ bisa lupa suaranya gara-gara kekhasannya itu. Pokoke nyebelin pooouul, ngangenin…sekaligus kudu mbuaanting radioku….he he he…(yang terakhir ‘agak’ becanda kok)….!!???


Format siarannya dari dulu sampe sekarang hampir ga’ berubah : baca request, salam-salam dari pendengarnya pake nama dan alamat samaran yang aneh-aneh, mis. Putri Malu di Pondok Kerinduan(…..iiihh…tidaaaak), ditambah baca pantun buatan mereka. Pokoke dari radionya masih AM sampai FM, dari request masih pake kupon yang harus bayar sampai yang sekarang udah bisa langsung on-air by phone, acara nya yaaa tetep sama…. Baca request, trus putar lagu dangdut… Puluhan tahun kayak begitu.


Nah, kemarin ga’sengaja saya dengar caranya baca adlib …Ooh my God…saya bener-bener ga’nyangka and surprise. Ternyata masih bagusan murid saya di Kursus Penyiar Duta Suara. Swear !! Cara penyiar ini baca iklan persis kayak membaca. Sekali lagi MEMBACA. Bukan gaya siaran KOMUNIKATIF, tapi…belajar membaca. Sampai saya ga’ habis pikir, apa orang ini ga’ pernah ikutan diklat PRSSNI, padahal radionya tercatat sebagai anggota. Atau ni penyiar ga’ sempat belajar gimana cara baca naskah siaran/adlip yang baik dan benar saking sibuknya siaran (???). Atau beliau udah merasa jauh lebih senior (pintar) dari yang junior ? Atau beliau, bahkan si pengelola radio, merasa itu bukanlah hal yang penting ??? Terus gimana si penyiar senior bisa jadi panutan penyiar-penyiar muda lainnya ? Lebih jauh lagi, gimana radionya bisa bersaing sama yang lain ????


Waaahh…ternyata ga’ gampang ya jadi penyiar radio….Yang senior belum tentu bisa lebih baik. Keahlian harus terus diolah dengan belajar, berlatih, belajar berlatih dan begitu seterusnya ….tanpa henti.


Yok opo menurutmu rek ?

4 komentar:

Ika Wahyu (IWEN Annocera) mengatakan...

lucu bgt pak tulisannya...spontan dan jujur...saya jadi ikutan ketawa bacanya...sambil bayangin gimna Pak Zul banting tuh radio..dasar penyiar bikin gara2, jadi bikin kepala orang mau pecah dengerin siaranya...tapi bagus tuh pak jujur bgt..dan klo bole saya tebak emang radionya inisial awalnya T ya...????

DESTANA mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
DESTANA mengatakan...

Mantap Pak....saya sudah lebih 10 Tahun di Radio namun terkadang saya tidak lebih baik dari penyiar baru, terkadang saya rindu Blog Seperti ini yang membuat saya lebih banyak memiliki pengetahan lebih di banding seminar seminar yang sekejap mata menghilang.....salam kenal dari Radio Sura' Mentawai FM

Anonim mengatakan...

sip mas Zoel, membaca blog sebelumnya, aku jdi mengenang masa SMA...radio KDS 8 top topnya radio, siapaaa yg gak kenal.....skrg aku berada d kota kecil di jawa tengah, menjadi murid broadcasting yg akhirnya mjd penyiar radio...hhihihihi, bener, bener kata sampean, perlu banyak belajar untuk bsa "canggih" bercuap2 ria sehingga pendengar selalu rindu...pun membaca sebuah adlib, mesti pintar, tau bagaimana cara membacanya....Eka