Senin, 25 Agustus 2008

KEKUATAN THE LAW OF ATTRACTION (Bag. 2)

Seperti yang sudah saya tulis di artikel sebelumnya, keberadaan saya sebagai seorang penyiar yang sudah lebih dari 15 tahun ini adalah hasil terwujudnya Law of attraction saya kurang lebih 20 tahun yang silam. (Waaaow….sudah lama sekali ya ?). Cuma saya baru menyadarinya kalau itu adalah hasil dari Hukum Ketertarikan setelah membaca buku The Secret setahun silam.

Sebenarnya keinginan kuat saya untuk menjadi penyiar muncul ketika duduk di bangku SMA kelas 2. Kayaknya keren banget gitu lho profesi ini. Bisa muter lagu yang enak-enak, bisa ketemu artis, bahkan bisa menjadi seperti artis, soalnya penyiar radio di masa itu emang ngetop banget. Apalagi waktu itu belum ada TV swasta, sehingga untuk informasi dunia entertainment, khususnya musik, paling cepat ya dari siaran radio. Begitu juga untuk mendengarkan koleksi lagu-lagu mancanegara terbaru, juga dari radio.
Salah satu bahan pertimbangan saya memilih jurusan di perguruan tinggi selepas SMA juga saya kaitkan dengan keinginan saya menjadi penyiar radio. Maksudnya, jurusan yang saya pilih harus yang mendukung cita-cita saya itu.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada jurusan Bahasa Inggris. Alasannya sederhana, supaya bahasa Inggris saya bagus saat melamar jadi penyiar. Sesederhana itu.

Dan saya yakin pada waktu itu, dari sekian ratus atau ribu teman-teman lulusan SMA seangkatan saya, cuma saya satu-satunya yang bercita-cita menjadi penyiar radio. Gila, ya ?!

Tapi saya focus dengan keinginan itu. Saya enggak main-main. Kehidupan sehari-hari saya selama menjadi mahasiswa tidak lepas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia radio.

Saya “belajar” secara autodidact dari penyiar-penyiar radio yang siarannya sedang saya dengarkan. Saat itu masih sulit mencari sekolah atau kursus broadcast, apalagi di Malang, padahal pengin banget lho. Jadi setiap ada kesempatan saya menyempatkan waktu untuk mendengarkan siaran radio yang menurut saya bagus.
Nah, di Malang waktu itu ada beberapa radio yang jadi pilihan saya untuk belajar. Ada KDS 8 (yang waktu itu masih bersegment anak muda), TT77 (jauh sebelum menjadi Tritara FM) dan Makobu FM (radio yang “sangat gaul” dan “Jakarta banget” di era awal 90-an).
Karena setiap kali liburan sekolah saya ke Jakarta, beberapa radio Jakarta juga menjadi referensi saya untuk belajar, diantaranya Radio Prambors (waah, ini dulu yang paling top), Radio Mustang (waktu itu masih berformat Rock abis), radio TRijaya FM dan lain-lain.-Mengenai radio-radio yang menjadi “penyemangat” saya menjadi penyiar akan saya bahas lebih lengkap di artikel berbeda-

Begitulah, cita-cita saya tidak pernah padam. Dan ternyata cita-cita yang “aneh” dan “enggak menjanjikan” bagi sebagian besar orang ini, menjadi kenyataan dalam kehidupan saya.

15 tahun yang lalu, di bulan November 1993, untuk pertama kalinya saya akhirnya diterima menjadi penyiar di radio KDS 8, setelah pernah ditolak lebih dari 4 kali di berbagai radio. 2 diantara penolakan itu dilakukan oleh radio KDS 8 yang akhirnya menerima saya menjadi penyiar. Asal tau aja, di masa itu menjadi suatu kebanggaan apabila bisa diterima di KDS 8. Dan saya pingin banget bisa diterima di sana.
(Sewaktu masih jadi penyiar Radio Kds 8 tahun 1994. Ki-ka: Zul, Darsono, lupa dan Agus Hadipraja)

The law of attraction saya akhirnya terwujud secara nyata.

2 komentar:

FaLLouTGirL >_< mengatakan...

mas, , , , , kalo mao daptar jd pnyiar radio,,, apa mesti nunggu pembukaan penerimaan penyiar baru....???

atau langsung aja nyerahin curriculum vitae dan cover letter???? tlg djawab y mas. . . .
saya pengen nyari pnghasilan d bdang itu... lg pula sy kuliah d jurusan broadcast...

Anonim mengatakan...

aduhh blog ini bermangpaat banget untuk gwe yang ingin tau seluk beluk radio